Selasa, 25 Agustus 2015

Putri

"Siapa kau?"

"Kau... tidak mengenalku?"

Putri divonis mengalami gegar otak akibat kecelakaan yang dialaminya.

***

Beberapa hari yang lalu, aku duduk dengan gelisah saat menunggu di depan ruang operasi. Seseorang yang kusayangi sedang berjuang di dalam sana dan saat itu aku berusaha untuk tetap tenang, tapi pikiran kacau membuatku tidak bisa berkonsentrasi.

Tiba-tiba terdengar derap langkah kaki yang berlari tergesa mendekati ruang operasi. Aku menoleh dan melihat Putra tiba duluan di hadapanku sambil terengah-engah.

"Bagaimana keadaan Putri?" gumamnya dengan suara bergetar. Ia menarikku berdiri sambil memegang kedua pundakku.

"Di-dia sedang dioperasi," jawabku terbata. Aku tahu Putra sangat menyayangi adiknya. Sangat. Bahkan melebihi diriku.

Tak lama, seorang wanita paruh baya melangkah cepat dengan wajah yang tak kalah cemasnya. Ibu Putri langsung menghampiriku dan menanyakan hal yang sama.

Aku berusaha sebisa mungkin menenangkan wanita yang siap untuk menangis dan terlihat rapuh itu.

Putra berdiri persis di depan pintu ruang operasi dengan gelisah.Jika mau ia bisa saja mendobrak masuk ke dalam untuk melihat keadaan adiknya.

:Semoga semua baik-baik saja." Aku menggumamkan kata itu berulang-ulang dalam hati sambil menatap pintu ruang operasi dengan cemas.

Satu jam yang lalu, aku baru saja menuruni undakan di depan tempatku bekerja dan sudah mengenakan helm saat ponselku tiba-tiba berdering. Senyumku langsung merekah saat melihat nama Putri tertera di layar. Aku pun tak sabar untuk segera menjawab panggilan tersebut.

"Halo, dengan Bapak Radit?"

Senyumku seketika menghilang saat mendengar pertanyaan seorang pria di seberang sana.

"Ya, saya Radit, "jawabku sedikit curiga sekaligus penasaran dengan pria asing yang menelepon dari ponsel Putri.

"Kami dari kepolisian ingin memberitahukan bahwa mobil yang ditumpangi Ibu Putri baru saja mengalami kecelakaan..."

Seketika telingaku tiba-tiba berdengung hingga tidak dapat mendengar dengan selesai penjelasan sang polisi. Pikiranku langsung melayang kepada sosok kekasihku tersebut dan adrenalinku meningkat secara cepat.

"Putri!" Aku menjerit dalam hati. Napas keluar-masuk dari hidungku secara cepat. "Dimana dia sekarang?"

Setelah mendapatkan jawaban, aku segera melajukan motorku menuju rumah sakit umum.

***

Ponsel Putri yang sedikit pecah di beberapa bagian itu kini berada dalam genggaman Putra yang sedang memejamkan mata sembari memijit pelipisnya. Ia dan ibunya masih menunggu dengan cemas sambil duduk di kursi tunggu.

Kini giliranku yang berdiri sambil bersandar pada dinding lorong. Semua orang menunggu dengan cemas. Tidak ada yang berbicara. Hanya sibuk dengan pikiran masing-masing. Pikiran yang dipenuhi oleh satu nama, yaitu Putri.